Film kedua yang saya akan referensikan kali ini lagi-lagi datang dari negeri sakura.
Memang tidak di mungkiri, negara yang terkenal dengan sushi nya ini memiliki kualitas tersendiri dalam pembuatan film-filmnya.
Salah satunya seperti yang akan saya bahas berikut mengenai film lama keluaran tahun 2005
yang telah menyabet beberapa penghargaan.
Diperankan oleh Takayuki Yamada (as. Otoko)
Film ini sebenarmya diangkat dari kisah nyata (yang juga telah dibukukan, dibuat film, dan TV seri) tentang perjuangan seorang otaku (pecinta anime, games, atau sesuatu yang berhubungan dengan budaya populer secara akut) berinisial Densha Otoko / Train Man dalam mengejar cintanya terhadap seorang wanita sangat cantik dan berasal dari keluarga yang cukup berada berinisial Hermes.
Secara keseluruhan, film ini hadir lebih ceria dan lebih tipikal khas manga/komik Jepang. komiknya sendiri hadir dengan gaya pengambaran yang cukup bagus. Semua lingkungan, maupun penggambaran karakter beserta emosinya bisa ditampilkan dengan baik. Hara Hidenori betul-betul memahami suasana yang ada disetiap adegan komik ini, sehingga pentranslasian dari hanya berupa tulisan-tulisan di ruang chatting, mampu ditampilkan dengan wajar.
Film ini benar-benar berhasil mengeksplorasi karakter otaku seperti apa adanya yang terlihat di kenyataan. Akting Takayuki Yamada benar-benar meyakinkan untuk menjadi seorang otaku tulen. Transformasi sifat dan kekuatan karakterisasinya tampak natural. Sehingga, siapapun yang mengaku sebagai otaku masih bisa menerima kemampuan aktingnya, meskipun harus diakui, wajah seganteng Yamada cukup sulit untuk dianggap sebagai otaku bagi kebanyakan orang.
Miki Nakatani pun mampu berperan sebagai Hermes dengan baik. Hadir dengan tipikal wanita idaman bagi pria apapun. Hanya sayangnya, bagi sebagian orang, kecantikan Miki dianggap kurang pas untuk seorang karakter Hermes. Karakter Hermes hadir kurang begitu layak dianggap "putri" untuk si Densha Otoko, entah kenapa wajah Miki Nakatani tidak begitu pas (apalagi bila dibandingkan dengan wajah Hermes versi TV seri oleh Misaki Ito yang tampil layaknya seorang tuan puteri).
Terlepas dari pemilihan aktor atau aktris, film ini hadir secara luar biasa. Mengeksplorasi dunia otaku yang rumit dan membingungkan bagi setiap orang adalah hal yang tersulit dilakukan dalam film ini. Belum lagi, film ini memiliki kekuatan untuk merubah opini banyak orang terhadap dunia otaku. Film ini berhasil mencapai sasaran penonton yang sebenarnya.
Film ini begitu mengharukan dan terlihat sangat sederhana. Namun film ini hadir sangat serius dan miskin humor. Dari awal sampai akhir cerita, film ini terkesan suram dan gelap, mungkin agar kesan dramanya bisa ditampilkan dengan kuat (sebuah pendekatan yang standar dalam setiap film-film drama). Apabila dikaji lebih jauh, kisah Densha Otoko ini hanya akan terasa hambar apabila film ini gagal mencapai tujuan utamanya (yaitu para otaku sendiri). Memang film ini masih terperangkap pola "From Zero to Hero" atau "Fairy Tale", namun karena diangkat dari kisah nyata (namun sampai saat ini masih tidak ada kejelasan apakah adegan di versi movie, maupun versi TV seri dan manga semuanya adalah otentik), menjadi nilai tambah film ini.
Menonton Densha Otoko harus hati-hati dan cermat, karena fokus cerita film ini terletak pada pesan moralnya yang kuat (sesuai standar orang Jepang pada umumnya) yaitu pantang menyerah. Bahwa mencintai seseorang itu tidak segampang yang dikira, bahwa tidak ada yang bisa hidup sendiri di dunia ini.
Densha Otoko boleh menjadi sebuah "tren", tapi dunia otaku sendiri bukanlah "tren" dan sampai sekarang tetap ada. Pesan moral yang begitu kuat, kemampuan merubah opini penonton, maupun pengembangan karakter orang Jepang, dapat tampil apa adanya.














0 comments:
Post a Comment